Sekapur Sirih

Bismillahirahmanirrahim,
Assalamualaikum wr wb,

Dengan Bismillah membuka kata
Menyampaikan niat kami yang ada
Jika mendapat ridho Yang Kuasa
Hendak belajar berkata - kata

Saya jemput tuan dan puan
Beserta segala sanak saudara
Kiranya sudi keblog yg ada
Memberi restu beserta doa

Cari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat

Cari olehmu akan guru
Yang boleh taukan tiap seteru

Cari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan

(Gurindam Dua Belas pasal keenam)

Salam sejahtera buat semua tuan dan puan, selamat datang di blog pribadi kami,mohon kritik dan saran karna masih dalam pembelajaran, mari berbagi pengalaman diberbagai hal, kecil telapak tangan nyiru kami tadahkan....

Wassalam

MARHABAN YA RAMADHAN

Marhaban Ya Ramadan
Oleh A. Mustofa Bisri
Setiap datang bulan Ramadan, kaum muslimin menyambutnya dengan menyatakan, ''Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang, Ramadan!''. Seolah-olah Ramadan merupakan tamu yang dinanti-nantikan kedatangannya. Tapi, tamu yang dinanti-nantikan kedatangannya belum tentu karena tamunya itu sendiri. Sering orang menanti-nanti kedatangan tamu karena mengetahui dan mendambakan apa -atau apa-apa- yang dibawa si tamu.Mungkin, memang ada yang menanti-nanti datangnya bulan Ramadan karena alasan yang bersifat religi atau bahkan spiritual. Namun, banyak yang menyambut bulan itu justru karena keistimewaan-keistimewaan duniawi yang menyertainya.Industri pertelevisian, misalnya, jauh-jauh hari -jauh sebelum para kiai pesantren menyusun jadwal pengajian pasanan- sudah menyiapkan jadwal acara yang akan ditayangkan selama bulan Ramadan. Artis-artis dan ustad-ustad metropolitan jauh-jauh hari sudah banyak yang dikontrak untuk mengisi acara-acara bulan suci. Pedagang-pedagang jauh-jauh hari sudah ancang-ancang menaikkan harga-harga kebutuhan pokok, terutama makanan. Ibu-ibu rumah tangga juga sudah menyiapkan menu-menu istimewa yang akan disuguhkan dalam acara-acara buka dan sahur nanti. Instansi-instansi dan ormas-ormas (orpol-opol tentu tidak mau ketinggalan) sudah menyusun agenda buka bersama dengan acara-acara 'kerohanian' dan atau sekaligus konsolidasi. Bagi mereka yang menjadi calon dan menghadapi pilihan-pilihan -pilkada, pilgub, dan pileg -pemilihan legislatif)- bulan Ramadan (ada yang menyebut Bulan Kemenangan) tentulah merupakan medan yang sangat diperhitungkan kaitannya dengan taktik-strategi pemenangan.? Yang mungkin tidak jelas niat dan tujuannya adalah mereka yang menyongsong bulan suci Ramadan ini dengan agenda melakukan swiping, termasuk men-swiping warung-warung yang buka siang hari. Untuk menghormati bulan Ramadan ataukah membantu mereka agar kuat puasa karena tidak banyak godaan?Tanpa dihormati, bulan Ramadan sudah sangat terhormat. Ramadan sangat terhormat terutama karena pada bulan ini Kitab Suci Alquran diturunkan (Baca Q. 2: 185). Pada bulan ini, seperti diberitakan Rasulullah SAW, pintu surga dibuka (HR Bukhori Muslim dari sahabat Abu Hurairah).Justru karena keterhormatan Ramadan itulah, kaum beriman dengan gairah menunggu-nunggu kedatangannya. Mereka ingin mendapatkan berkah Ramadan. Terluberi keterhormatannya. Pada bulan suci, bulan di mana diturunkan kitab suci ini, mereka ingin benar-benar menyucikan diri; setelah sebelas bulan boleh menjadi tergelepoti oleh noda-noda yang menghambat perjalanan mereka menuju hadirat-Nya.Pada bulan di mana pintu surga dibuka, adalah kesempatan emas bagi mereka yang ingin memasukinya. ''Semua umatku masuk surga,'' sabda Rasulullah SAW, ''kecuali mereka yang tidak mau.'' Adakah orang yang tidak mau atau tidak ingin masuk surga? Mungkin, setiap mulut akan menjawab, tidak ada. Semua orang mau dan ingin masuk surga. Hanya, jawaban mulut ini masih perlu diuji dengan perilaku dan perbuatan. Bila, misalnya, sorga berada di barat dan Rasulullah SAW menuju ke sana, sekalipun Anda mengatakan mau dan ingin masuk surga, tapi Anda berjalan menuju ke timur, siapakah yang percaya Anda mau dan ingin ke surga?Memang, mulut kita sering mengucap berbeda, bahkan berlawanan, dengan tindakan kita. Mulut kita mengatakan, misalnya, politik itu kotor, tapi kita tak juga beranjak pergi dari kubangan politik. Mulut kita mengkritik dan mengatakan wakil rakyat brengsek, tapi kita terus berlomba mendaftarkan diri jadi calon wakil rakyat. Kita berteriak-teriak hormatilah bulan suci Ramadan, tapi tindakan kita justru menodainya. Tentu karena inilah, kelak di hari kiamat, mulut-mulut kita dikunci dan tangan-tangan kita yang berbicara, kaki-kaki kita yang bersaksi (Baca Q. 36: 65).Di bulan Ramadan lagi-lagi Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada kita, hamba-hamba-Nya ini. Dia menjadikan bulan suci ini waktu khusus untuk kita melatih diri menjadi manusia yang lurus dan jujur. Lurus dan jujur kepada diri sendiri dan lepada-Nya. Lurus dan jujur dalam pengabdian. Lurus dan jujur dalam beribadah kepadaNya. Sesuatu yang manfaatnya kembali kepada diri kita sendiri.Dalam berpuasa, tak ada seorang pun yang tahu apakah kita benar-benar berpuasa, atau apakah kita benar-benar berpuasa karena Allah? Tidak ada yang tahu kecuali Allah. Ramadan hanyalah antara kita dan Allah. Maka, puasa Ramadan, Ia sendiri yang akan mengganjarnya. Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang Ramadan!---KH Mustofa Bisri , pengasuh pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang

02 September 2008 Kategori: oleh: Granat Natuna :  

0 komentar:






Tragedi Laut Serasan